Ketika seorang ibu membelai bayinya yang masih dalam susuan, ia berkata:" Wahai anakku lekaslah besar, ibu berharap kelak kau menjadi dokter, jadi insinyur, jadi mentri, jadi profesor, jadi tentara, jadi... dan jadi...dstnya.
Ketika anak itu sudah balita, dan ditanya, kau akan jadi apa nak, dia menjawab terbata-bata, aku ingin jadi orang kaya ma..jadi dokter pa.. dstnya.
Ketika anak itu beranjak remaja, dan ditanya apa cita-citamu, ia menjawab saya ingin jadi aktor terkenal, jadi penyanyi kesohor, dstnya.
Ketika ia sudah mulai dewasa dan duduk dibangku kuliah, maka ia punya obsesi ingin jadi pengacara yang sukses, jadi dokter gigi yang berhasil, jadi anggota legislatif, jadi ini.... jadi itu.... dstnya.
Ketika usia sudah menua, ia punya keinginan agar hidup dihari tua, setelah pensiun bisa tenang sambil ngurus kebun, momong cucu...dstnya.
Perjalan hidup manusia seperti tergambar dalam episod diatas, tidak lebih hanya sebatas pemenuhan kebutuhan hidup secara phisik, materialis semata. hampir tidak ada ruang untuk pemenuhan kebutuhan yang lebih penting sejatinya yaitu kebutuhan psykis, rohani.
System nilai duniawi semata, yang menjadi pegangan hidup. sementara system nilai yang sebenarnya adalah kebahagian abadi setelah kehidupan didunia ini.
sebagian kita lupa atau tidak menjadikan system nilai ukhrawi sebagai panduan dan pegangan hidup. faktanya semua harapan dan keinginan dan cita-cita yang didasari dengan system nilai duniawi tidak mampu membuat manusia bahagia. karna kebahagian hakiki, sejatinya ada pada system nilai ukhrawi, dimana manusia akan merasakan nikmat hidup diatas duniai ini, dan akan mendapatkan kebahagiaan yang tak terhingga di akhirat kelak.
Senin, 16 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar